Viral Air Terjun Dadakan di Gunung Agung Bali, Ini Penjelasan BMKG
Sulbar, PaFI Indonesia — Sebuah video viral di media sosial menunjukkan air terjun dadakan muncul di Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali. Simak penjelasannya.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengungkap air terjuk dadakan yang muncul tersebut dikarenakan tingginya volume air akibat hujan lebat.
“Derasnya debit air di atas [gunung], sehingga dari jauh terlihat seperti air terjun,” kata Koordinator Analisa dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Bali BBMKG Wilayah III Made Dwi Wiratmaja, mengutip Antara, Selasa (10/12).
Ia mengatakan, sejak memasuki awal Desember 2024, berdasarkan pengamatan cuaca hujan turun dengan intensitas lebat-sangat lebat di beberapa titik pos pengamatan hujan di Rendang, Karangasem.
Di Pos Hujan Besakih misalnya, tercatat curah hujan di atas 50 milimeter per hari dengan kategori hujan lebat pada 1-3 Desember 2024, dan pada 6 Desember 2024 tercatat curah hujan lebih dari 100 milimeter per hari atau kategori sangat lebat.
Selain itu, di Pos Pengamatan Hujan Pempatan di Rendang, Karangasem pada 6 Desember 2024,
tercatat curah hujan lebih dari 150 milimeter per hari yang masuk dalam kategori ekstrem.
Begitu juga di Pos Pengamatan Hujan
di Singaraja tercatat hujan ekstrem mencapai lebih dari 150 milimeter per hari pada 1 dan 4 Desember 2024.
Ia memperkirakan air terjun dadakan itu muncul karena tanah sudah jenuh menampung air dengan akumulasi air hujan dalam sepekan terakhir.
“Sehingga air hujan yang turun menjadi aliran permukaan atau runoff menuju jalur sungai di sekitar Gunung Agung,” jelas dia.
Wayan Widi Yasa, salah satu pemandu pendakian Gunung Agung, menjelaskan sejak beberapa hari terakhir hujan lebat
mengguyur kawasan Gunung Agung dan diperkirakan titik air terjun dadakan itu lebih banyak dibanding saat musim hujan tahun sebelumnya.
Ia pun mengaku menerima sejumlah pembatalan pesanan karena cuaca buruk.
Ia menjelaskan air terjun dadakan itu terlihat di sejumlah titik termasuk
pada ketinggian sekitar 2.100 meter di atas permukaan laut (MDPL)
di jalur pendakian Pasar Agung dan aliran air itu mengalir di jalur-jalur lahar yang saat musim kemarau mengering.
Meski air terjun dadakan itu menyajikan pemandangan menarik,
tapi hujan lebat berpotensi menimbulkan risiko karena membuat jalur pendakian menjadi lebih licin, tanah labil, dan mengganggu jarak pandang.
“Ada empat grup termasuk turis dari Portugal yang harus membatalkan pendakian karena cuaca buruk
dan jalur licin sehingga itu berisiko,” kata Widi.
Ia mengimbau calon pendaki atau pecinta alam berkoordinasi atau menghubungi pemandu lokal yang berada di masing-masing pos pendakian,
di antaranya Pengubengan, Edelwis, Pasar Agung, hingga pos Pucang, sebelum berencana mendaki untuk memastikan keamanan dan keselamatan.